Kamis, 30 Mei 2013

DEBIT SUNGAI MAMASA



       Daerah aliran sungai merupakan daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang merupakan daerah tangkapan air serta memiliki fungsi menerima, menampung dan mengalirkan air ke laut melalui sungai utama. Daerah aliran sungai mempunyai manfaat sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, tumbuhan dan hewan di sekitarnya.
       Bertambahnya jumlah penduduk mempengaruhi kondisi sumber daya hutan, tanah, dan air di daerah aliran sungai (DAS). Kondisi ini menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun yang disebabkan terjadinya perusakan hutan oleh adanya aktivitas perladangan berpindah, perambahan hutan, konversi lahan menjadi lahan pertanian, permukiman, dan perusakan-perusakan hutan lainnya. Akibat adanya degradasi hutan dan lahan ini, maka luas vegetasi hutan efektif menjadi semakin kecil, sehingga tidak dapat lagi berfungsi sebagai sub sistem perlindungan dalam sistem DAS secara keseluruhan. Terjadinya perubahan luas vegetasi hutan sebagai akibat aktivitas tersebut di atas membuat tanah hutan terbuka yang diperparah dengan penggembalaan liar sehingga tanah memadat oleh adanya sedimen menutupi pori-pori tanah yang selanjutnya akan memperbesar limpasan permukaan, memperkecil infiltrasi sehingga banjir terjadi pada hampir setiap musim hujan dan kekeringan terjadi pada setiap musim kemarau. Limpasan permukaan yang besar menghanyutkan butir-butiran tanah dan pencucian hara tanah lapisan permukaan atas akibatnya tanah menjadi kritis baik kimia maupun fisik sehingga daya dukung lahan terhadap pertumbuhan di atasnya menurun.
       Proses penghanyutan butiran tanah oleh limpasan permukaan menyebabkan pendangkalan pada alur sungai, bendung, bendungan, waduk, dan saluran-saluran irigasi lainnya serta muara-muara sungai bagian hilir.
       Hilangnya luas vegetasi hutan yang efektif dapat menurunkan evapotranspirasi, kelembaban tanah, infiltrasi, dan memperbesar limpasan permukaan. Akibat hal itu mempengaruhi kondisi hidrologi di suatu DAS sehingga menimbulkan pengaruh kepada karakteristik fluktuasi debit aliran sungai yang besar.
       Akibat menurunnya kondisi penutupan lahan vegetasi hutan pada bagian hulu DAS Mamasa yang saat ini perambahan hutan masih berlangsung hingga penelitian dilaksanakan telah menyebabkan perubahan iklim terutama curah hujan yang selama beberapa tahun terakhir nampak cenderung berfluktuasi. Disamping itu, perubahan temperatur pada DAS Mamasa cukup signifikan, menyebabkan kondisi iklim mulai terganggu.
       Beberapa tahun terakhir ini fungsi hidrologis DAS Mamasa bagian hulu cenderung menurun. Pertambahan luas keberhasilan upaya reboisasi dan rehabilitasi lahan tidak dapat mengimbangi pertambahan luas kerusakan lahan yang menjadi lahan kritis. Tingginya laju erosi dan sedimentasi dari daerah bagian hulu telah menyebabkan berkurangnya umur pakai berbagai bangunan pengendali sedimen karena telah penuh dengan sedimen.


        Data curah hujan diperoleh dari 4 stasiun pengukur curah hujan tersebar pada Stasiun penakar curah hujan Sumarorong, Stasiun Mamasa, Stasiun Minake dan Stasiun Pana.
       Data curah hujan yang telah diukur oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kabupaten Maros (2007). Stasiun pengukur curah hujan ditempatkan dengan metode Polygon Tiessen yaitu masing-masing stasiun ditarik garis lurus menghubungkan antara stasiun terdekat satu terhadap yang lain. Setelah menarik garis lurus kemudian membagi dua garis lurus tersebut menjadi dua yang sama jaraknya, dan demikian pula pada stasiun yang lainnya. Sehingga stasiun Sumarorong mewakili mewakili Sungai Sumarorong, stasiun Mamasa mewakili Sungai Bue dan Sungai Tetean, stasiun Minake mewakili Sungai Miwah.      
       Data jumlah curah hujan yang diperoleh dari stasiun penakar curah hujan Sumarorong, stasiun Mamasa, stasiun Minake, dan Pana, kemudian dianalisis pengaruhnya terhadap fluktuasi debit sungai dengan menggunakan regresi linier sederhana yaitu :
Y=a+bX
 
         Observasi lapangan dilakukan di Kecamatan Mamasa, Kecamatan Sumarorong, Kecamatan Messawa, dan PLTA Bakaru. Kegiatan pada observasi lapangan ini adalah mengamati keadaan penutupan lahan, topografi (panjang dan kelerengan), kondisi fisik tanah, pengambilan sampel tanah, pengukuran debit aliran sungai dan pengambilan posisi koordinat pada beberapa bagian vegetasi hutan bagian hulu DAS Mamasa. Kemudian menghitung indeks penutupan lahan dengan membandingkan luas lahan bervegetasi permanen dengan luas DAS Mamasa.        
       Faktor penutupan lahan yang dipertimbangkan adalah perubahan luas penutupan lahan akibat alih guna lahan dari lahan hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan dan lahan lainnya yang terjadi selama 10 tahun. Data perubahan luas tutupan lahan diperoleh dari data empiris selama 10 tahun yaitu dari tahun 1996-2005.

       Data luas vegetasi hutan yang diperoleh dari penafsiran peta Citra Landsat 1999 dan 2002 yang telah diinterpolasi selama 10 tahun kemudian dianalisis pengaruhnya terhadap fluktuasi debit sungai dengan menggunakan regeresi linier sederhana yaitu :
Y=a+bX
 

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah yang dibatasi oleh pembatas topografi berupa punggung bukit yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau.
            Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, di mana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis. Selain itu pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun.         Berdasarkan hasil pengamatan curah hujan dan debit sungai di lapangan serta hasil pengukuran curah hujan serta debit sungai tahunan oleh Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Propinsi Sulawesi Selatan, curah hujan dan debit sungai diperoleh sebagai data empiris (time series) selama 32 tahun pada stasiun penakar curah hujan Sumarorong disajikan pada Tabel 1.

Tahun
Curah Hujan Rata-rata (mm/Thn)
Debit Rata-rata/Thn (m3/dtk)
1975
168,8
45,20
1976
68,8
23,34
1977
247,89
60,12
1978
168,64
44,08
1979
92,82
26,23
1980
98,27
27,60
1981
81,80
25,40
1982
140,75
39,23
1983
80,20
23,10
1984
159,20
40,12
1985
61,00
17,50
1986
56,83
10,20
1987
145,83
54,00
1988
55,00
24,30
1989
218,83
98,00
1990
258,75
73,12
1991
380,82
112,00
1992
60,50
21,20
1993
291,42
24,30
1994
299,50
56,70
1995
312,83
39,80
1996
301,45
45,50
1997
178,50
23,00
1998
351,25
56,00
1999
302,42
49,69
2000
264,08
24,30
2001
257,58
44,94
2002
223,45
41,96
2003
96,17
27,21
2004
282,00
52,41
2005
179,88
22,47
2006
119,00
35,41



Tabel 1. Curah hujan dari tahun ke tahun
            Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa curah hujan terendah pada periode tahun 1975 - 1988, dan periode waktu curah hujan tertinggi pada 1991-2004. Dan curah hujan menurun pada periode tahun 2004-2006. Debit sungai cenderung mengikuti dinamika curah hujan. Debit sungai tertinggi pada tahun 1991 dan terendah tahun 1986. Hal ini berarti bahwa curah hujan mempunyai hubungan yang signifikan berpengaruh terhadap perubahan fluktasi debit sungai Mamasa.
 
Grafik 1 di atas menunjukkan bahwa curah hujan berfluktuasi mulai tahun 1975 kemudian menurun tahun 1976 selanjutnya naik lagi tahun 1977 dan 1978, kemudian turun lagi hingga tahun 1980 dan 1981. Tahun 1991 curah hujan meningkat drastis hingga tahun 1998. Grafik bagian atas menunjukkan curah hujan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, demikian pula grafik bagian bawah menunjukkan debit yang cenderung mengikuti grafik hidrograf curah hujan.
            Sedangkan berdasarkan hasil analisis peta Citra Landsat, Spot 4, dan debit sungai di lapangan serta studi literatur, luas penutupan lahan dan debit sungai diperoleh sebagai data empiris selama 10 tahun disajikan pada Tabel 2.
Tahun
Vegetasi Hutan (Ha)
Debit Rata2 (m3/dtk)
1996
50.191,20
63,33
1997
54.154,85
41,78
1998
55.917,37
44,62
1999
57.959,66
49,67
2000
58.070,16
33,67
2001
56.070,16
44,97
2002
54.983,72
41,94
2003
59.805,33
27,21
2004
49.941,94
52,39
2005
59.986,10
22,57
2006
49.153,11
35,41
Rt-rt
55.113,62
42,21
                Tabel 2. Data luas penutupan lahan dan debit sungai di DAS Mamasa
                Secara umum debit sungai terlihat berfluktuasi menurun selama 10 tahun dari tahun 1996 hingga 2006. Dan rata-rata debit sungai nampak menurun ketika luas penutupan lahan meningkat, dan sebaliknya debit sungai meningkat ketika luas penutupan lahan menurun.
            Curah hujan berhubungan dengan karakteristik daerah aliran sungai. Lama waktu hujan, intensitas, dan penyebaran hujan mempengaruhi laju dan volume debit sungai. Debit sungai total untuk suatu hujan secara langsung berhubungan dengan lama waktu hujan untuk intensitas hujan tertentu. Infiltrasi akan berkurang pada tingkat awal suatu kejadian hujan. Karena itu hujan dengan waktu yang singkat tidak banyak menghasilkan debit. Pada hujan dengan intensitas yang sama dan dengan waktu yang lebih lama, akan menghasikan debit yang lebih besar.
            Intensitas hujan akan mempengaruhi laju dan volume debit. Pada hujan denan intensitas tinggi, kapasitas infiltrasi akan terlampaui dengan beda yang cukup besar dibandingkan dengan hujan yang kurang intensif. Total debit akan lebih besar pada hujan intensif meskipun curah huja total untuk kedua curah hujan tersebut sama besarnya. Namun demikian, hujan dengan intensitas tinggi dapat menurunkan infiltrasi akibat kerusakan struktur permukaan tanah yang ditimbulkan oleh tenaga kinetis hujan dan debit yang dihasilkan.
            Laju dan volume debit sungai dipengaruhi oleh penyebaran dan intensitas curah hujan di DAS Mamasa. Umumnya laju volume terbesar debit terjadi ketika seluruh DAS Mamasa turut berperan. Hujan turun merata di seluruh wilayah DAS Mamasa.
            Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis peta citra landsat tahun 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004, 2005 dan spot 4 tahun 2006 menunjukkan terjadinya perubahan penutupan lahan di DAS Mamasa.. Dan Tabel 3 menunjukkan adanya debit sungai berfluktuasi menurut perbedaan luas penutupan lahan vegetasi hutan. Debit sungai tinggi pada periode tahun 1996-2000 dan debit sungai menurun pada periode tahun 2001-2006.
            Adanya perubahan luas penutupan lahan pada masing-masing type penutup lahan mempengaruhi fluktuasi debit sungai DAS Mamasa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga periode waktu fluktuasi debit sungai yaitu tahun 1975 -1991, periode 1991-1999, dan 1999 – 2006. Pada tahun 1975 hingga 1990 debit sungai masih normal yaitu rata-rata 48,63 m3/detik, namun tahun 1991 debit sungai meningkat 115,23 m3/detik hingga tahun 1999 debit sebesar 102,78 m3/detik. Kemudian debit sungai menurun 35 m3/detik pada tahun 2006.
                Penurunan luas kawasan hutan terjadi sebagai akibat adanya perambahan hutan dan perladangan berpindah untuk dijadikan lahan perkebunan kopi dan coklat, sawah, pemukiman, serta lahan untuk pembangunan daerah Kabupaten Mamasa sebagai daerah kabupaten yang baru lahir dan sedang membangun daerahnya. Disamping pembangunan daerah kabupaten yang umumnya pengembangan daerah terkonsentrasi pada sepanjang daerah aliran Sungai Mamasa karena daerah ibukota Mamasa terletak pada bagian tengah DAS Mamasa dan pengembangan daerah serta pelebaran jalan kabupaten umumnya menggusur bukit di sepanjang aliran sungai. Sehingga sangat rawan terhadap terjadinya erosi yang mengalir ke badan sungai. Adanya sistem pengolahan lahan pada daerah hulu DAS yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seperti pada daerah hulu sebagian petani mengolah tanah tidak disertai dengan tindakan konservasi lahan menyebabkan terjadinya erosi dan mengalir ke Sungai Mamasa.

Oleh : Sausan Mufidah 3112030063

3 komentar:

  1. Tolong disempurnakan grafik 1, satuan sumbu x dan sumbu y belum ada dan diberikan hubungan curah hujan rata-rata dan debit rata-rata?

    BalasHapus
  2. Grafik 1 sudah saya perbaiki pak, hubungannya sudah dijelaskan di artikel pak.

    BalasHapus
  3. "Dan Tabel 3 menunjukkan adanya debit sungai berfluktuasi menurut perbedaan luas penutupan lahan vegetasi hutan. Debit sungai tinggi pada periode tahun 1996-2000 dan debit sungai menurun pada periode tahun 2001-2006."

    Tolong dijelaskan ya dik

    BalasHapus